Bismillah,
Adakalanya kita hadapi kemungkaran. Jika itu dilakukan orang lain mungkin lebih mudah untuk menepisnya, mengingkarinya, ataupun melawannya. namun jika yang melakukan adalah saudara sendiri, istri/suami sendiri, anak sendiri, ayah atau ibu kita sendiri tentu lebih sulit untuk mengingkarinya.
Namun demikian kemunkaran tetaplah sesuau yang wajib kita ingkari.
Wajib Menolak Kemungkaran Dengan Hati, Apapun
Kondisinya!
Diriwayatkan dari Abu Juhaifah rahimahullah beliau mengatakan: Ali
radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya sesuatu yang pertama kali
diharuskan atas kalian dari urusan jihad adalah berjihad dengan tangan-tangan kalian, kemudian berjihad dengan lisan-
lisan kalian, kemudian berjihad dengan hati-hati kalian. Maka
barangsiapa yang hatinya tidak mengetahui yang ma’ruf dan tidak
mengingkari yang mungkar, hati itu akan terbalik. Bagian atasnya menjadi
bagian bawahnya.”
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mendengar
seseorang berkata: “Binasalah orang yang tidak memerintahkan yang ma’ruf
dan tidak mencegah yang mungkar.” Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu
menimpali: “Binasalah siapa saja yang hatinya tidak dapat mengenali mana
yang ma’ruf dan mana yang mungkar.”
Ibnu Rajab Al-Hambali
rahimahullah menjelaskan: “Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengisyaratkan
bahwa mengetahui perkara yang ma’ruf dan yang mungkar dengan hati
merupakan perkara yang wajib. Tidak gugur kewajiban tersebut dari
seorangpun. Maka barangsiapa yang tidak dapat mengenalinya, dia akan
binasa. Adapun mengingkari kemungkaran dengan lisan dan tangan,
kewajiban tersebut hanyalah disesuaikan dengan kemampuan.
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga mengatakan: ‘Hampir-hampir saja
orang yang hidup di antara kalian akan menyaksikan kemungkaran yang
tidak mampu untuk diingkarinya, hanya saja Allah mengetahui dari hati
orang
tersebut bahwa dia sangat membenci kemungkaran itu’.”
(Jami’ul ‘Ulum wal Hikam hal. 258-259)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar