Suriah dalam Sejarah
Negeri Syam yang
dikenal dahulu sekarang terbagi menjadi empat negara. Yordania, Libanon,
Palestina dan Suriah yang beribukota Damaskus. Sejarah bumi Syam adalah
sejarah yang penuh dengan masa keemasan dan kemuliaan. Negeri tersebut
merupakan negeri para Nabi dan Rasul, negeri sahabat, para ulama dan
penuntut ilmu dan menjadi tempat hijrah manusia-manusia pilihan di akhir
zaman. Sejak Islam masih dini, Damaskus terkenal sebagai kota pelajar.
Karena banyaknya sekolah yang ada di sana.
Pada masa Salahuddin Al-Ayubi
jumlah sekolah mencapai 20 buah, di antaranya; Sekolah Adiliah, Sekolah
Dhahiriah, Sekolah Jamqumiah, Sekolah Rawahiah, Sekolah Shalahiah,
Sekolah Asadiah, Sekolah `Ashruniah, Sekolah `Aziziah dan lain-lain.
Juga terkenal dengan sejumlah perpustakaan. Yang paling terkenal adalah
Perpustakaan Sekolah Adiliah. Pada zaman dahulu, Damaskus juga terkenal
dengan banyaknya rumah sakit milik lembaga pendidikan kedokteran
tertentu dan banyaknya sekolah-sekolah kedokteran.
Sepanjang sejarah
kekhalifahan Islam yang silih berganti, Damaskus telah banyak menelorkan
ulama besar, seperti; Hafiz Abdul Aziz At-Timiy, Hafiz Abu Zar`ah tokoh
hadis terkemuka Syekhul Islam Ibn Taymiah, Ibn `Asakir, Abu Syamah, Ibn
Katsir, Ibn Malik, Ibn Syathir, Rashid, Ibnu Baythar dan Ibnu Nafis.
Mesjidnya yang paling terkenal adalah mesjid Umawi dan peninggalan
sejarahnya yang paling tersohor adalah benteng Damaskus.
Kota para nabi ini
terkenl dengan keamanan dan keramahan penduduknya. Ulamanya terkenal
dengan keilmuwan dan ketakwaan. Masjid Umawi yang dibangun pada periode
Muawiyah menjadi pusat pendidikan islam di zamannya. Dari negeri ini,
lahirlah Imam Nawawi, Ibnu Qudamah, Ibnu abidin, Ibnu Taimiyah, Ibnu
Qayyim al-Jauziyyah, Ibnu Katsir dan Imam al-Mizzi. Para penerus mereka
seperti Dr. Mustafa az-Zarqa, Syaikh Syuaib Arnauth, Syaikh Abdul Karim
Rifai dan Syaikh Usamah Rifai, Prof. Wahbah az-Zuhaili, Dr. Mustafa Dib
al-Bugha, adalah para pewaris mereka.
Suriah Kini
Kini, penduduk
Suriah juga merasakan beratnya hidup di bawah 2 rezim diktator yang
kekejamannya menyamai Namrudz dan Fir’aun. Selama lebih dari 40 Tahun,
kaum muslimin ahlussunnah hidup di bawah rezim Asadain
(dua Asad), Hafidz Asad dan Basar Asad. Selama masa itu, berbagai
penderitaan melanda mereka. Hingga kini tidak kurang dari 4 juta warga
Suriah mengungsi ke negeri Tetangga. Libanon, Yordania, Turki hingga ke
Eropa, seperti Islandia dan Yunani. Puncaknya, masyarakat dunia ditarik
perhatiannya pada Alain Kurdi. Sosok balita yang ditemukan di pinggiran
Pantai Turki dalam keadaan tidak bernyawa.
Di masa Hafidz Asad,
umat islam ahlussunnah merasakan kekejaman militernya, saat membantai
lebih dari 30.000 orang dalam satu hari. Dan kini, dalam waktu kurang
dari tiga Tahun, sudah lebih dari 165.000 kaum musli yang menjadi korban
kekejaman Basyar Asad. Lebih dari 100.000 orang yang dipenjarkan dengan
penyiksaan.
Selama 40 Tahun itu,
para Tangan Besi ini memerintah dengan berbagai aturan yang membungkam
Syariat Islam dan menjauhkan kaum muslim dari Kitabullah. Para pegawai
negeri, dan anak-anak muda dilarang berjamaah di masjid. Setiap khutbah,
Khatib harus melaporkan materi khutbahnya sebelum naik ke mimbar. Dan
jika terdapat materi yang menyinggung kekuasaan, maka mereka akan
merasakan jeruji besi. Akhirnya, mereka sama sekali jauh dari al-Qur’an.
Tidak mengetahui kaidah membaca dan tilawahnya. Padahal mereka adalah
orang Arab.
Secara logika sebuah
bangsa yang mengalami penjajahan fisik dan mental selama 40 Tahun,
dengan tingkat kesukaran yang luar biasa, maka tidak mudah bagi mereka
untuk bangkit seketika dan mengganti rezim yang ada. Namun yang terjadi
sekarang sungguh sangat diluar perkiraan. Sebab, saat angin revolusi Arab Spring berhembus, negeri ini justru berubah menjadi tanah Jihad, dan Syaikh Usamah ar-Rifai menyebut bahwa revolusi Suriah sebagai Tsaurah al-Mubaarakah
(Revolusi berberkah). Pasalnya, pemuda-pemuda Suriah berubah menjadi
angkatan mujahid yang menginginkan tegaknya syariat Islam di Suriah.
Saat ini konflik telah terjadi antara Pasuka Rezim Basyar dengan aliansi Mujahidin seperti Jabhah
Nusrah, Liwa’ Al-Ummah, Liwa’ Al-Haq di Idlib, Jundul Aqsha, Liwa’ Umar
radhiyallahu ‘anhu, aisy al-Islam, Jabhah as-Syamiyyah, Fastaqim Kama
Amarat, Ahrar as-Syam, Fajr al-Khilafah, Tsuwar as-Syam dan Faylaq
as-Syam, yang telah bergabung dalam Aliansi Jays al-Fath.
Meskin kini kehadiran ISIS di Suriah menjadi fitnah. Sebab beberapa
sumber menyebutkan bahwa ISIS kini menjadi lawan dari para Mujahidin
Suriah. Mereka dianggap sebagai bentukan rezim Basyar untuk memecah
belah Mujahidin di sana.
Perjuangan Mujahidin
Suriah membuahkan hasil yang sangat signifikan. Sekitar 75 % wilayah
Suriah kini dikuasai Mujahidin Selebihnya dikuasai ISIS dan rezim
Basyar. Diantara keberhasilan para Mujahidin tersebut adalah, Bulan
Maret 2015 lalu Mujahidin Jaisyul Fath saat mereka berhasil memaksa
pasukan militer rezim Assad kabur meninggalkan salah satu wilayah kunci
pertahanan militer mereka, yaitu ibukota Idlib. Beberapa wilayah yang
baru dibebaskan dan dibersihkan tersebut berada di dekat kota Jisr
al-Syughur dan kota Ariha yang telah terlebih dahulu dibebaskan
sebelumnya. Kota-kota dan pedesaan yang telah berhasil direbut oleh
Jaisyul Fatih tersebut di antaranya: ‘Ayn al Hamra, Basnaqul, Muhambel,
dan Sanqara, termasuk sejumlah checkpoint (pos-pos pemeriksaan) milik
pasukan rezim Assad, sebagaimana dirilis kiblat.net sekitar empat bulan
yang lalu.
Basyar yang semakin
terdesak membuat ia kelabakan menghadapi kekuatan tentara Mujahidin.
Beberapa waktu yang lalu kita sempat mendengar penggunaan bom dan
senjata kimia oleh pesawat-pesawat tempur rezimnya. Dan akhirnya,
negara-negara Barat dan Rusia harus turung tangan untuk tetap
mempertahankan posisi politik dan ekonomi mereka di Timur Tengah.
Baru-baru ini, Iran telah mendaratkan pasukannya untuk membantu Basyar,
Perancis yang sudah melakukan serangan udara, dan sebelumnya Rusia,
telah lama mensupport dengan pasukan, senjata dan amunisi.
Kini, Suriah yang
dulunya adalah negeri para Nabi dan Ulama. Bahkan Damaskus pernah
menjadi Ibukota Kekhalifan Islam saat dinasti Umawiyah. Kini menjadi
daratan perang. Bumi yang menghampar ribuan bom, serta peluru setiap
harinya mendengung di udara dan pemukiman.
Nubuwah
Berdasarkan analisis
dan perhatiannya dari seumber-sumber berita Timur tengah, Abu Fatiah
menyimpulkan bagaimana relasi antara fakta-fakta di Suriah dengan
nubuwah akhir zaman dari hadits-hadit Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.
Ia menuturkan “Nampaknya ada rencana Allah yang amat dahsyat yang
sedang disiapkan-Nya. Sebagai sebuah negeri yang dipersiapkan untuk
menyambut kedatangan Imam Mahdi dan turunnya Nabi Isa, juga menjadi
tempat berlangsungnya perang dahsyat al-Malhamah al-Kubra di akhir zaman. Berdasarkan analisisnya terhadap hadits-hadits tentang Imam Mahdi, turunnya Nabi Isa dan tegaknya Khilafah Rasyidha
di bumi Syam, dan membandingkan dengan kondisi masyarakat Suriah kini,
maka semakin terlihat benang merah, kebenaran nubuwah Nabi Shallallahu alaihi wasallam.”
Konflik Suriah adalah sebuah refleksi ilahiah yang akan melahirkan generasi Tha’ifah al-Manshurah di akhir zaman, sekaligus menyeleksi kebenaran iman para penduduknya. Dalam hadits disebutkan, Akan senantiasa ada sekelompok dari ummatku yg menegakkan perintah Allah,
tak ada yg membahayakannya orang yg menghinakan atau menyelisihi mereka
sampai datangnya hari Kiamat, & mereka akan selalu menang atas
manusia. [HR. Muslim No.3548]. Begitu pula dalam hadits yang lain bahwa, Agama ini akan senantiasa menang selagi masih ada sekelompok kaum Muslimin yg berperang (di jalan Allah) hingga datang hari Kiamat. [HR. Muslim No.3546].
Para ulama menjelaskan diantara ciri-ciri Thaifah Al-Manshurah dapat digambarkan secara umum bahwa mereka menegakkan Kebenaran, melaksanakan Jihad Fi Sabilillah,
mempunyai komitmen tinggi, istiqomah dalam kebenaran, bersabar dan
senantiasa tawakal kepada Allah Swt, senantiasa mendapatkan pertolongan (Manshurah) dari Allah Swt, meraih kemenangan atas musuh-musuhnya.
Suriah hari ini
menjadi Barometer keimanan dan kejujuran seseorang. Konflik Suriah akan
membelah manusia menjadi 2 kemah raksasa, kemah keimanan dan kemah
kemunafikan. Sebab, bagaimana pun kondisi umat islam, sudah menjadi
jaminan bahwa akan selalu ada golongan yang memperjuangkan kebenaran.
Dan –boleh jadi- konflik inilah yang akan memicu al-Malhamah al-Kubra sebagai pintu gerbang akhir zaman (Wallohu a’lam).
Maraji : Abu Fatiah al-Adnani, 2014, Huru-Hara Irak, Syria & Mesir, Surakarta: Granada Mediatama
Oleh Syamsuar Hamka
(Mahasiswa Program Kaderisasi 1000 Ulama DDII-Baznas pada FPs Prodi Pend. Islam UIKA Bogor)
(Mahasiswa Program Kaderisasi 1000 Ulama DDII-Baznas pada FPs Prodi Pend. Islam UIKA Bogor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar